Keutamaan Zikir Laa ilaha illallah




Foto Oyib Sulaeman.

Diantara amaliah utama para pengamal TQN adalah zikrullah, yaitu zikir dengan kalimat “La ilaha illallah”. Mengapa kita perlu memperbanyak zikir ini ?
Karena kalimat “La ilaha illallah” adalah kalimat tauhid, kalimah ikhlas, kalimah taqwa. Ia juga adalah kalimah thayyibah, da’wah al-haq, al-‘urwat al-wuswa (tali yang kokoh). Ia adalah harga surga. Dan kalimat ini mampu menghalangi pengamalnya dari api neraka dan menjadi benteng yang sangat kokoh dari siksa Allah.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
اَفْضَلُ مَاقُلْتُهُ اَنَا وّالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِ لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ
Sesuatu yang paling utama yang kami ucapkan dan para nabi sebelumku adalah ucapan La ilaha illallah.
Kalimah La ilaha illallah itulah yang akan membangkitkan pemiliknya di hari kiamat dalam keadaan wajahnya laksana bulan purnama. Ialah yang menyebabkan rida Allah bagi siapa yang mengucapkannya, dan ia pula membolehkannya dapat melihat wajah Tuhan yang Mahamulia. Ia yang menjadikan pemiliknya termasuk manusia yang paling bahagia dengan syafaat Rasulullah di hari kiamat. Ia adalah kunci pertama bagi pintu kekuasaan, pertolongan, dan cahaya.
Kalimah La ilaha illallah mengucapkannya tidak akan menyisakan dosa. Tidak akan ada amal yang bisa menyerupainya. Juga tidak ada penghalang (hijab) antara dia dengan Allah sehingga ia murni untuk Allah.
Sayyidina Abdullah bin Abbas ra. berkata, “Terdengarlah suara yang memanggil dari bawah arasy: ‘Wahai surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya, bagi siapakah kamu?’ Surga menjawab, ‘Aku diperuntukkan bagi ahli La ilaha illallah, dan diharamkan bagi siapa saja yang tidak mengucapkan La ilaha illallah’. Kemudian neraka berkata, ‘Tidak akan masuk ke dalam neraka kecuali orang yang ingkar atas La ilaha illallah dan aku tidak minta kecuali orang yang mendustakan La ilaha illallah. Aku diharamkan bagi orang yang mengucapkan La ilaha illallah’. Selanjutnya, surga berkata, ‘Aku diperuntukkan bagi ahli La ilaha illallah. Aku akan menolong orang yang mengucapkan La ilaha illallah’. Aku mencintai orang yang mengucapkan La ilaha illallah dan neraka diharamkan bagi orang yang mengucapkan La ilaha illallah.
Sebagaimana kalimat La ilaha illallah itu menjadi pembuka, ia juga adalah penutup. Posisinya sebagai kalimat pembuka karena ada sabda Nabi Saw: “Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan La ilaha illallah’. Adapun makna La ilaha illallah sebagai kalimat penutup adalah karena ia sebagai penutup amal ketika meninggal. Barangsiapa yang mengakhiri hidupnya dengan mengucapkan kalimat La ilaha illallah, maka ia termasuk orang yang bahagia. Dalam hadis lain dijelaskan: “Barangsiapa yang akhir ucapannya ketika meninggal adalah kalimah La ilaha illallah wahdah la syarika lah, maka dihapuslah segala dosa dan kesalahan yang sebelumnya.” (H.R. Abu Ya’la dari Ibnu Umar)
Allah berfirman, “Allah meneguhkan hati orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh di dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)
Yang dimaksud dengan “ucapan yang kokoh” adalah kalimah tauhid, yaitu La ilaha illallah. “Dalam kehidupan dunia” maksudnya sebelum meninggal, dan yang dimaksud “di akhirat” yakni di dalam kubur. Rasulullah Saw bersabda, “Jika seorang Muslim di tanya di kubur, ia bersaksi bahwa tidak ada  Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, itulah yang dimaksud firman Allah: Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang musyrik untuk mengucapkan kalimah thayyibah di kuburnya.
Atas dasar itu, kita dapat menyimpulkan bahwa zikir yang paling utama dan paling agung adalah ucapan La ilaha illallah, bahwa memperbanyak mengucapkan kalimah thayyibah dapat menghilangkan kebingungan, balai, dan kesedihan, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam hadis berikut disebutkan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُمَا اَنَّ رَسُوْلَ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَاِنَّ صِلَةَالرَّحِمِ تَزِيْدُ فِى الْعُمْرِ وَاِنَّ قَوْلَ لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ تَدْفَعُ عَنْ قَائِلِهَا تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ بَابًا مِنَ الْبَلاَءِ، اَدْنَاهَااَلْهَمُّ
Dari Ibnu Abbas ra.; bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya sedekah secara tersembunyi dapat menutupi kemarahan Tuhan, silaturahmi bisa menambah umur, perbuatan baik dapat mengimbangi perbuatan buruk, dan ucapan La ilaha illallah dapat menolak, bagi yang mengucapkannya, sembilan puluh sembilan pintu balai (hal-hal yang menyusahkan); yang paling ringan adalah kebingungan.” (H.R. ibnu Asakir)
عَنْ جَابِرِبْنِ عَبْدِاللهِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَاَفْضَلُ الدُّعَا اَلْحَمْدُلِلهِ
Dari   Jabir bin Abdillah; sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Zikir  yang paling utama adalah La ilaha illallah , dan doa yang paling utama adalah Al-Hamdulillah.” (H.R. Ibnu Majah, Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Hakim)
Demikian pula, kalimah thayyibah dapat menjadi penyebab terhalang pengamalnya dari masuk neraka. Amr ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimah yang tidaklah sorang abdi mengucapkannya secara benar di hatinya lalu ia mati di atas kalimah itu, kecuali ia diharamkan masuk neraka, yaitu kalimah La ilaha illallah’.” (H.R. Hakim)
Rasulullah telah memerintahkan kepada kita agar memperbanyak mengucapkan kalimah La ilaha illallah di dalam kehidupan kita sebelum dihalang antara kita dengan kalimah tersebut. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : “Perbanyaklah mengucapkan kalimah syahadah sebelum dihijab antara kamu semua dengan kalimah tersebut.” (H.R. Abu Ya’la)
Apabila seorang hamba mengucapkan kalimah thayyibah dan memperbanyak mengucapkannya pada malam dan siang hari, maka Allah akan menghapus, berkat keutamaannya, apa-apa yang ada dalam catatan amalnya –yakni amal-amal buruk- dan akan menggantikannya dengan amal-amal baik  lebih dari dua kali lipat sehingga bertambahlah lembaran catatan amalnya dengan cahaya.
Perhatikan hadis berikut:
عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَامِنْ عَبْدٍ قَالَ : لاَالهَ اِلاَّاللهُ فِى سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ اَوْنَهَارٍ اِلاَّ طَمِسَتْ مَا فِى الصَّحِيْفَةِ مِنَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى تَسْكُنَ الَى مِثْلِهَا مِنَ الْحَسَنَاتِ
Dari Anas ra.; ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang abdi mengucapkan La ilaha illallah dalam suatu waktu, baik siang maupun malam, kecuali dihapus amal-amal buruk yang ada dalam lembaran catatan amalnya sehingga diganti dengan kebaikan yang sebanding’.” (H.R. Abu Ya’la)
Seperti halnya kalimah thayyibah menggambarkan keesaan dan menafikan kemusyrikan, kalimah ini juga bermanfaat bagi pemiliknya ketika ia masuk ke lubang kubur yang amat sepi. Jika ia termasuk ahli La ilaha illallah secara ucapan, amal, kebenaran, keikhlasan, keyakinan, dan pendekatan kepada Tuhan, maka sungguh Allah akan menjamin keamanan orang itu dari kerisauan dan kecemasan dalam kubur, bahkan Allah menjadikannya penuh kenikmatan yang abadi. Mari kita simak hadis berikut:
فَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ’لَيْسَ عَلَى اَهْلِ لاَالهَ اِلاَّاللهُ وَحْشَةٌ فِيْ قُبُوْرِهِمْ وَلاَ مَنْشَرِهِمْ، وَكَاَنِّيْ اَنْظُرُ اِلَى اَهْلِ لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَهُمْ يَنْفَضُّوْنَ التُّرَابَ عَنْ رُؤُوْسِهِمْ وَيَقُوْلُوْنَ : اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ اَذْهَبَ عَنَّاالْحَزَنَ
Dari Ibnu Umar ra.; ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, “Tidak akan ada bagi ahli La ilaha illallah ketakutan dan kerisauan di dalam kubur mereka dan di tempat pembangkitan mereka. Seolah-olah kami melihat mereka mengibaskan tanah dari kepala mereka sambil mengatakan: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dari kami kesedihan’.” (H.R. Thabrani dan Baihaqi)
Mu’ad bin Jabal ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
مَفَاتِيْحُ الْجَنّضةِ شَهَادَةُ اَنْ لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ
Kunci-kunci surga adalah persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.” (H.R. Imam Ahmad dari Bazzar)
Kadang-kadang terjadi goncangan pada diri seseorang karena kurangnya rasa iman –memang, secara teoritis, iman dapat bertambah dan dapat berkurang. Tidak jarang juga hati seseorang terjajah oleh kezaliman, bahkan merasa dalam posisi terabaikan dan jauh dari Tuhan. Dalam keadaan seperti ini, hendaklah ia segera kembali kepada Tuhannya dan memperbanyak mengucapkan kalimah thayyibah, sebab kalimah thayyibah dapat memperbarui iman dan membawa hatinya kepada Tuhan, juga dapat menghilangkan kezaliman yang pernah mengalahkannya sehingga ia dapat kembali pada kondisi semula. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda :
جَدِّدُوْااِيْمَانَكُمْ، قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ، وَكَيْفَ نُجَدِّدُ اِمَانَنَا قَالَ : اَكْثِرُوْا مِنْ قَوْلِ : لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ
“Perbahaurilah iman kamu sekalian”. Ditanyakan, “Ya Rasulullah, bagaimana cara memperbaharui iman itu?" Rasulullah menjawab, “Perbanyaklah mengucapkan La ilaha illallah.”
Allah telah mengutus para nabi as., agar mereka memberi kabar gembira kepada umat manusia dengan kalimah thayyibah; bahwa apabila seorang abdi membaca kalimah thayyibah dengan penuh keimanan, jadilah ia sebagian dari ahli surga dan jauh dari neraka. Dalam perjalanan perjuangannya, para nabi kerap menemukan kesulitan dan kesusahan. Mereka mengajak manusia untuk hanya iman kepada Tuhan yang satu yang tidak ada teman bagi-Nya dan tidak ada yang menyamai. Hanya dia sendiri dalam kegagahan dan kekuasaan-Nya. Semua agama sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Saw mengajak manusia untuk mengesakan Allah, mensucikan-Nya; mereka menyerukan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah.
Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Ingatlah! Perlukah kami sampaikan kepadamu sekalian wasiat nabi Nuh kepada anaknya?” para sahabat berkata, “Tentu, ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda, “Nuh berwasiat kepada anaknya: ‘Wahai anakku, aku berwasiat kepadamu dengan ucapan La ilaha ilallah. Sesungguhnya kalau disimpan di satu timbangan lalu langit dan bumi disimpan pada timbangan yang lain, tentu kalimah thayyibah akan mengungguli keduanya. Seandainya kalimah thayyibah itu sebuah besi, aku akan memecahkannya dan memotong-motongnya sehingga ia hanya khusus untuk Allah’.” (H.R. Al-Bazzar dan Nasai)
Dari Abu Sa’id Al-Hudri ra., dari Rasulullah Saw; beliau mengatakan bahwa Sayyidina Musa as. bersabda, “Wahau Tuhanku, ajarilah aku dengan sesuatu yang dengannya aku dapat mengingat-Mu, dan aku dapat berdoa kepada-Mu.” Allah berfirman, “Katakanlah wahai musa, La ilaha illallah.” Musa berkata, “Wahai Tuhanku, semua hamba-Mu mengatakan kalimat itu.” Allah berfirman, “Katakanlah wahai Musa, La ilaha illallah.” Musa berkata lagi, “Yang aku inginkan adalah sesuatu yang khusus untukku.” Allah berfirman, “Wahai Musa, seandainya seluruh langit yang tujuh dan seluruh bumi yang tujuh ada dalam satu timbangan dan la ilaha illallah dalam timbangan yang lain, maka La ilaha illallah akan mengunggulinya.”
Tampaklah dengan jelas bahwa kalimah thayyibah merupakan kunci pembuka Islam  dan penutup Islam. Barangsiapa yang mati di atas kalimat itu dengan mengakui ke-Mahaesa-an Allah, ia akan bahagia dengan rida Allah kepadanya; sebagaimana aia akan bahagia dengan syafaat Nabi Saw kepadanya pada hari kiamat. Dalam riwayat berikut disebutkan:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ، مَنْ اَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَقَدْ ظَنَنْتُ يَااَبَا هُرَيْرَةَ اَنْ لاَالْحَدِيْثِ : اَسْعَدُالنَّاسِ بِشَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ : لاَالهَ اِلاَّاللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ اَوْنَفْسِهِ
Dari Abu Hurairah ra.; ia mengatakan bahwa ia berkata, “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling bahagia dengan syafaatmu di hari kiamat?” Rasulullah bersabda, “Ya Aba Hurairah, semula aku menduga tidak akan ada yang bertanya tentang hal ini sebelummu. Tetapi karena aku melihat betapa sungguh-sungguhnya engkau mencari hadis, maka aku beritakan bahwa manusia yang paling bahagia dengan syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan La ilaha illallah secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (H.R. Bukhari)
Terkadang orang menduga bahwa dengan mengucapkan kalimah La ilaha illallah sudah cukup untuk bisa masuk surga dan selamat dari api neraka. Anggapan ini tidak benar. Yang benar adalah siapa orang yang mengucapkan kalimah tersebut sesuai dengan haknya, maka ia termasuk ahli surga. Lalu, apakah hak kalimah tersebut? Rasulullah pernah menjawabnya: “Haknya adalah menunaikan segala yang difardukan, menjauhi dosa-dosa besar, dan taat kepada Rasulullah Saw dalam segala apa yang dibawanya. Barangsiapa tidak menunaikan hak-hak itu, maka mengucapkan kalimah thayyibah tidak akan menghalanginya dari masuk neraka; hanya ia tidak kekal di dalamnya”.
Zaid bin Arkam menyatakan bahwa Rasulullah bersabda:
مَنْ قَالَ : لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، قِيْلَ : مَا اِخْلاَصُهَا؟ قَالَ : اَنْ تَحْجُزَهُ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ
“Barangsiapa mengucapkan kalimah la ilaha illallah secara ikhlas, pasti ia masuk surga.” Ditanyakan, “Apakah keihklasan itu?” “Bahwa kalimah itu dapat menghalanginya dari melakukan hal-hal yang diharamkan Allah.” (H.R. Thabrani dalam kitab Al-Ausat dan Al-Kabir)
Dalam riwayat berikut disebutkan:
وَعَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "مَاقَالَ عَبْدٌ لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ قَطُّ مُخْلِصً اِلاَّ فُتِّحَتْ لَهُ اَبْوَابُ السَّمَاءِ حَتَّى يُفْضِى اِلَى الْعَرْشِ مَااجْتَنَبَتُ الْكَبَائِرَ
Dari Abu Hurairah ra.; ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seseorang mengucapkan La ilaha illallah saja secara ikhlas, kecuali dibukakan baginya pintu-pintu langit sehingga pandangannya dapat menembus ‘Arasy, selama ia menjauhi dosa-dosa besar.” (H.R. Tirmizi).
Atha bin Rabah pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang firman Allah berikut: “Yaitu orang-orang yang khusu dalam salatnya” (Ghafir/Al-Mu’minun [23] : ayat 2). Ibnu Abbas menjawab, “Ia pengampun kepada orang-orang yang mengucapkan  La ilaha illallah. Ia penerima taubat kepada orang yang mengucapkan kalimah La ilaha illallah. Dia-lah yang memiliki al-thaul ibagi orang yang mengucapkan kalimah La ilaha illallah. Ia juga mahaberat siksanya bagi orang yang tidak mengucapkan kalimah La ilaha illallah. “Tidak ada Tuhan kecuali Allah; kepada-Nyalah tempat kembali.” Maksudnya, bahwa tempat kembalinya orang yang tidak mengucapkannya adalah neraka.
Hamba-hamba Allah yang saleh telah menemukan keutamaan kalimah thayyibah tatkala mereka diletakkan di dalam kuburnya masing-masing. Abu Hamid Al-Ghazali, Hujjatul Islam, pernah menceritakan kisah berikut. Dikatakan kepada seorang hamba Allah yang saleh yang bernama Zubaidah setelah beliau meninggal, “Apa yang Allah perbuat kepadamu?” Zubaidah menjawab, “Allah telah mengampuniku dengan empat kalimat yang aku dawamkan sebagai bacaan zikir dengannya: (1) “Tida Tuhan selain Allah; umurku habis dengannya”; (2) Tiada Tuhan selain Allah; aku masuk ke dalam kuburku dengannya”; (3) “Tiada Tuhan selain Allah; aku berkhalwat dengannya sendirian; (4) “Tiada Tuhan selain Allah, aku menemui Tuhanku dengannya”.
Pada suatu waktu Imam ‘Ali melewati suatu kuburan. Ia membacakan ucapan: “Selamat atas kamu semua, wahai ahli La ilaha illallah! Bagaimana kamu menemukan kalimah La ilaha illallah?” Maka terdengarlah suara yang tidak terlihat siapa yang mengucapkannya, “Kami menemukannya sebagai penyelamat dari segala kecelakaan.” Wallohu a’lam.

Comments

Popular posts from this blog

Tradisi Pembacaan Tanbih dan Pewarisan nilai-nilai Budayanya dalam komunitas TQN Suryalaya

KH. NOOR ANOM MUBAROK : ISITIQOMAH BERTAREKAT DAN BERKHIDMAH SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN

Kudu Asih Ka Jelema nu mikangewa ka maneh