Tanbih Pangersa Abah Sepuh Bahasa Indonesia
Tanbih ini
dari Syaekhuna Almarhum Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang
bersemayam di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah.
Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria maupun wanita, tua maupun muda : “Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Allah Subhanahu Wata’ala kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.
Pun pula
semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat
melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur
dhohir maupun bathin. Pun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas wasiat kepada
segenap murid-murid : berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat
yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara. Ta’atilah kedua-duanya
tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya
dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan
perintah dalam agama maupun negara.
Insyafilah
hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh
oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama
maupun negara, agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan
iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.
Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :
Demikanlah
sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran, meskipun terhadap orang-orang
asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a. s. mengingat ayat 70 Surat
Irso yang artinya : “Sangat kami mulyakan keturunan Adam dan kami sebarkan
segala yang berada di darat dan di lautan, juga kami mengutamakan mereka lebih
utama dai makhluk lainnya.”
Kesimpulan
dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan
timbul kekecewaan, mengingat Surat Al-Maidah yang artinya : “Hendaklah
tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan
sungguh-sungguh terhadap agama maupun negara, sebaliknya janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama
maupun negara".
Adapun
soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing, mengingat Surat Al-Kafirun
ayat 6 :”Agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku”,
Maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur. Cobalah renungakan pepatah leluhur kita: “ Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”. Karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri. Dalam surat An-Nahli ayat 112 diterangkan bahwa : “Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/ penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri”.
Oleh
karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala
jalan yang ditempuh, guna kebaikan dlohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya
hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak
lain tujuannya “ Budi Utama-Jasmani Sempurna “ (Cageur-Bageur).
Tiada lain amalan kita, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan.
Wasiat ini
harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai
keselamatan dunia dan akhirat. Amin.
Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan |
Comments
Post a Comment