MENGAPA MANUSIA PERLU BERZIKIR KEPADA ALLAH






Kata “zikir” artinya ingat, maka zikrullah artinya mengingat Allah. Adapun pengertian secara istilah adalah semua ibadah yang berorientasi kepada keridaan Allah adalah zikir. Semua perbuatan (amal) yang dimaksudkan untuk kemanfaatan kaum Muslimin adalah zikir. Dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah ra. disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda, ‘Semua manusia diciptakan atas tiga ratus enam puluh sendi. Barangsiapa takbir dan memuji kebesaran Allah, bertahlil, bertasbih, beristigfar, menyingkirkan batu dari jalan yang dilewati kaum Muslimin, atau menyingkirkan duri, tulang, juga melakukan ‘amar ma’ruf nahyi munkar sebanding tiga ratus enam puluh, maka berarti ia berjalan pada hari itu dan telah dijamin dirinya dari api neraka.” (H.R. Muslim dan Nasa’i)
Maka pengertian zikir bukan hanya sekedar dengan lisan saja, tetapi mencakup makna yang lebih luas dari itu. Contoh: ingat kepada Allah ketika akan melakukan maksiat, ingat kepada Allah ketika mencari rijki yang halal atau berhadapan dengan yang haram, ingat kepada Allah sewaktu di pasar untuk jual beli, ketika melaksanakan nikah atau talak, menyingkirkan duri, tulang belulang dari jalan kaum Muslimin, membimbing orang buta di jalan, membantu memenuhi keperluan kaum muslim yang lain, membantu membawa barang orang yang lemah, dan lainnya semuanya termasuk pengertian zikir secara umum. Dari Abu Hurairah ra,; ia mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi Saw bersabda, ‘Iman mempunyai tujuh puluh tujuh cabang; yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan. Adapun yang paling utama adalah mengucapkan La ilaha illa Allah’.” (H.R. Bukhari, Muslim, dan yang lainnya)
Adapun pengertian zikir secara khusus di kalangan tarekat adalah zikir yang ditanamkan oleh Guru Mursyid melalui talqin zikir. Contohnya dalam Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) ditanamkan 2 jenis zikir, yaitu Jahar dan Khafi. Inilah perbedaan utama zikir orang kebanyakan dengan pengamal tarekat, walaupun sama ucapannya kalimat “La ilaha illa Allah”. Ibarat biji sebuah pohon yang dilempar langsung ke tanah dan yang ditanam, keduanya ada kemungkinan tumbuh tetapi tentu biji yang ditanam akan lebih baik tumbuhnya dibanding dengan biji yang dilempar begitu saja. Sebagaimana  digambarkan oleh Allah bahwa kalimat “La ilaha illa Allah” yang ditanam bagaikan pohon tayyibah (baik) yang akarnya tembus ke bumi dan batangnya sampai ke langit.
Mengapa kita perlu memperbanyak zikrullah? Karena dengan zikrullah semua amalan akan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala disisi Allah serta memiliki keutamaan yang tidak terhingga. Sehingga orang yang zikir kepada Allah senantiasa dibicarakan di langit dan berada dalam lindungan Allah serta dicintai-Nya, dan Kedudukan orang-orang yang zikir kepada Allah berada di tangan Allah.
Bahkan zikir menurut para sufi adalah jalan yang amat cepat untuk sampai kepada Allah; zikir adalah alamat ijtiba, zikir merupakan rukun yang paling kuat dalam menuju Allah.  Barangsiapa memenuhi zikir, berarti ia diberi keterbukaan, dan barangsiapa mengabaikannya, maka ia akan dikucilkan. Sampai orang arif mengatakan bahwa zikrullah adalah pintu menuju kewalian. Oleh karena itu, seorang pujangga menyatakan:
Zikir adalah pintu yang paling agung yang engkau masuki
Jadikanlah ia sebagai penjaga bagi jiwa
Imam Qusyairi, dalam kitabnya Risalah Qusyairiyyah, menyatakan bahwa zikir adalah tanda kekuasaan dan cahaya keterpautan, bukti kehendak dan tanda baik suatu permulaan sekaligus sebagai tanda kesucian keberakhiran; tidak ada suatu keutamaan setelah zikir. Firman Allah: “Berzikirlah kamu sekalian kepada-Ku; niscaya aku mengingatmu” (Al-Baqarah: 152). Dan firman Allah sebagai diriwayatkan oleh Nabinya: “Sikap kami kepada Bani Adam bergantung bagaimana sikap mereka kepada kami. Aku selalu bersamanya selama ia zikir kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku di dalam dirinya, akupun ingat kepadanya di dalam diri-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku dalam suasana ramai, akupun ingat kepadanya dalam suasana yang lebih baik dari itu. Jika ia ingat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sesiku; jika ia mendekat kepada-Ku sesiku, maka Aku mendekat kepadanya sehasta; jika ia dating kepada-Ku berjalan, Aku datang kepadanya dengan segera”.
Ketika para sahabat bertanya kepada Abdullah bin Abbas mengenai interpretasi firman Allah: “Zikirlah kamu kamu sekalian kepada-Ku; nanti Akupun ingat kepadamu”, ia menjawab “Zikirlah kamu sekalian kepada-Ku dengan jalan taat kepada-Ku; nanti Aku ingat kepadamu dengan pertolongan-Ku.” Semakna dengan pernyataan di atas, Sa’id bin Jubair berkata, “Ingatlah kepada-Ku dengan cara taat kepada-Ku; Akupun ingat kepadamu dengan ampunan-Ku.” Sebagian sahabat berpendapat, “Zikirlah kalian kepada-Ku di waktu mendapat nikmat dan kebahagiaan, niscaya Aku ingat kepadamu ketika kamu dalam kesulitan dan cobaan. “ Hal seperti ini seperti apa yang terjadi kepada Nabi Yunus as. yang diungkap dalam Al-Qur’an: “Sekiranya Yunus bukan termasuk orang-orang yang suka bertasbih, niscaya ia akan berada dalam perut ikan hingga hari dibangkitkan (kiamat).”

Comments

Popular posts from this blog

Tradisi Pembacaan Tanbih dan Pewarisan nilai-nilai Budayanya dalam komunitas TQN Suryalaya

KH. NOOR ANOM MUBAROK : ISITIQOMAH BERTAREKAT DAN BERKHIDMAH SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN

Kudu Asih Ka Jelema nu mikangewa ka maneh